Minggu, 04 Desember 2011

FILSAFAT HATI NURANI


Filsafat sistematik memiliki tiga cabang utama: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Aksiologi memiliki cabang-cabang, diantaranya adalah: etika. Etika sebagai filsafat mempertanyakan: tentang yang harus atau tidak boleh dilakukan, tentang yang baik dan yang buruk untuk dilakukan. Ada perbedaan antara etika dengan moralitas. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional tentang nilai, ajaran dan pandangan-pandangan moral. Moralitas adalah ajaran yang berlaku di masyarakat, yang menjadi obyek kajian etika. Sumber moralitas macam-macam, ada yang berasal dari akal, dari agama, dari hukum, dan dari kebiasaan yang dikembangkan. Dan tak lepas pula peran hati nurani; hati nurani ikut serta menentukan wujud dan arah moralitas. Sebab itu hati nurani merupakan salah satu obyek kajian filsafat Etika.
Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret. Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru. Dalam hati, manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu, ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda– beda. Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang menyuruh dan jikaperbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang melarang. Kata hati yang muncul pada saat ini disebut prakata hati.
Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk.Hati nurani berfungsi sebagai pegangan atau praturan- peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya.
Tujuan pokok pembinaan hati nurani adalah hati nurani yang secara subyektif dan obyektif benar. Dengan hati nurani yang baik dan benar, seseorang akan selalu terdorong untuk bertindak melakukan kehendak Tuhan dan menuruti norma-norma moral obyektif. Pembinaan hati nurani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kebenaran dan nilai-nilai, ataupun kemapuan untuk memecahkan dilema moral, tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan karakter moral seseorang secara lebih penuh.
Kemutlakan hati nurani, tuntutannya mutlak, tidak dapat di tawar-tawar. Memerintahkan tanpa syarat (imperatif kategoris). Mengikuti hati nurani merupakan hak dasar bagi setiap orang. Hati nurani adalah norma terakhir bagi perbuatan-perbuatan kita. Hati nurani bisa keliru tuntutannya mutlak tapi belum tentu benar (bisa benar bisa salah). Perlu dibedakan: saat sebelum keputusan diambil, Saat keputusan diambil. Sifat personal dan Adipersonal hati nurani; bersifat personal karena selalu berkaitan erat dengan pribadi yang bersangkutan dan hanya memberi penilaiannya tentang perbuatan saya sendiri.
Hati nurani atau hati kecil adalah hati yang selalu diliputi cahaya Sang Maha Pencipta, mengikuti irama alam semesta yang memang diciptakan Tuhan untuk manusia maka tatkala manusia yang berhati nurani melihat ketidak sesuaian atau adanya ketidak selarasan dengan alam ini maka dirinya kan tergerak untuk merubahnya dan menyesuaikan dengan keselarasan alam tadi.
Ketika seseorang dengan hati nurani, melihat ada orang lain yang patut ditolong pasti akan ditolongnya tanpa menghiraukan apa jenis warna kulitnya dari bangsa atau kelompok mana yang ditolong itu berasal. Dengan hati nurani juga manusia bisa berbuat baik untuk seluruh mahluk yang ada di alam ini dengan memberi perlindungan secara maksimal dengan menjaga keseimbangannya. Inilah manusia yang dapat memberi rahmat atas alam ini, pembawa damai dan toleransi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar